Senin, 19 Desember 2016

generalisasi sejarah



BAB I PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG


Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam mempelajari sejarahmempunyai banyak hal yang harus dipelajari.  Pada pertemuan pertama kita telah mempelajari pengertian sejarah, nilai sejarah, teori dan metodologi, dan yang lainnya. Dalam mempelajari sejarah kita juga harus banyak belajar tentang unsur yang ada di dalamnya, sehingga sejarawan tidak menjadikan penelitiannya menjadi sebuah mitos belaka.
Dalam pengertiannya dikatakan bahwa sejarah sebagai ilmu pengetahuan, sejarah adalah penyelidikan, sejarah dalam bentuk catatan dan peninggalan, sejarah sebenarnya masa lampau,sejarah mempelajari keunikan, sejarah adalah ilmu pengetahuan[1]. Dalam mempelajari sejarah juga disebutkan banyak aliran yang mendebatkan tentang penulisan sejarah, antara lain aliran organic, aliran scientific-nominalist, aliran dialectical-intelectual, aliran dialectic-materialist, dan aliran personal-social-intuitive[2].
Sejarah menurut Edward Hellet Carr (1892-1982) bahwa dia mempunyai sebuah keyakinan atau kepercayaan meskipun sejarawan tidak bisa memprediksi peristiwa tertentu, mereka bisa membuat sebuah generalisasi yang berguna baik sebagai petunjuk untuk tindakan masa depan maupun sebagai kunci untuk memahami bagaimana hal-hal bisa terjadi. Sejarah dalam KBBI berarti “kesusasteraan lama, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu, serta ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (riwayat)”[3].
Dalam sejarah kita akan mempelajari tentang adanya generalisasi sejarah. Mengapa kita harus mempelajari serta manfaat yang dapat diambil setelah mempelajari generalisasi tersebut. dalam pendahuluan ini saya akan membahas sedikit tentang apa itu generalisasi. Generalisasi adalah pekerjaan untuk menyimpulkan dari khusus ke umum. Karena sejarah berkedudukan sebagai ilmu, maka didalam membahas fakta-fakta dari sebuah peristiwa perlu digeneralisasikan terlebih dahulu. Dari generalisasi-generalisasi tersebut maka dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peristiwa tertentu[4].
Sebagian sejarawan menganggap bahwa tidak ada ruang untuk melakukan generalisasi dalam studi sejarah. Antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya berbeda, sehingga simpulan studi dari suatu peristiwa tidak dapat digunakan untuk studi lainnya. Generalisasi dianggap tabu oleh sejarawan, namun ada juga sejarawan yang menganggap bahwa dalam studi sejarah dapat dilakukan atau menghasilkan generalisasi. Metode berfikir yang digunakan adalah induksi. Kesimpulan yang bersifat sederhana, sudah dibuktikan, dan merupakan sejarah yang diterima (accepted history).
Generalisasi dapat dijadikan sebagai dugaan sementara dan biasanya berupa generalisasi konseptual. Menurut Kuntowijoyo generalisasi harus dibatasi supaya sejarah tetap empiris. Menurut James A. Banks dalam Teaching Strategies for the Social Studies, generalisasi dalam sejarah dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu high order generalization, intermediate level organization, and Law order generalization. Generalisasi pada dasarnya merupakan formulasi konsep atas himpunan pengetahuan terkait dengan hal tertentu[5].

B.  RUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu Generalisasi Sejarah?
2.      Apa sajakah tujuan dalam Generalisasi Sejarah?
3.      Ada berapakah jenis-jenis Generalisasi Sejarah?

C.  TUJUAN MASALAH

1.      Menjelaskan pengertian Generalisasi Sejarah
2.      Menyebutkan serta menjelaskan tujuan yang ada dalam Generalisasi Sejarah beserta contoh masing-masing
3.      Menyebutkan serta menjelaskan jenis-jenis Generalisasi Sejarah beserta contoh masing-masing

BAB II PEMBAHASAN

1.      Pengertian Generalisasi

Generalisasi menurut bahasa Latin generalis berarti umum. Secara harfiah generalisasi sejarah diartikan sebagai pekerjaan penyimpulan dari yang khusus kepada yang umum. Generalisasi itu dapat dipakai sebagai hipotesis deskriptif, yaitu sebagai dugaan sementara. Generalisasi yang sebenarnya merupakan hasil penelitian. Contohnya pada tahun 2006 Indonesia ditandai oleh kemiskinan. Penelitian World Bank menyebutkan bahwa kemiskinan rakyat adalah yang dominan. Mengapa kita harus mempelajari generalisasi dalam sejarah, karena ibarat hutan dan pepohonan. Jika tidak adanya sebuah hutan maka kita tidak akan tahu dan mengetahui berbagai macam jenis pohon di dalamnya.
Adapun generalisasi dalam sejarah menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
a.       Kuntowijoyo harus dibatasi supaya tetap menjadi sejarah yang empiris, yaitu pertama generalisasi sebagai rumusan konsetual atau simpulan yang diperoleh dari data yang ada. Kedua generalisasi sebagai penyimpulan dari hasil penelitian contohnya kata “revolusi” merupakan simpulan dari data yang ada yang menunjuk pada perubahan mendasar dalam suatu tatanan kehidupan dalam waktu yang singkat.
b.      James A. Banks dalam Teaching Strategies for the Social Studies, generalisasi dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu high order generalization, intermediate level organization, and law order organization. Generalisasi tingkat pertama pemakaiannya bersifat universal yang berkaitan dengan hukum-hukum atau prinsip-prinsip. Generalisasi tingkat kedua hanya berlaku untuk kawasan atau kebudayaan di daerah tertentu. Generalisasi tingkat ketiga yang paling memungkinkan digunakan dalam sejarah, yakni simpulan yang didasarkan pada data dari dua atau lebih tentang sekelompok masyarakat dari suatu kawasan tertentu yang bersifat lokal
c.       Karl Max dan gurunya Frederick Hegel, keduanya memberikan penjelasan yang bertentangan mengenai generalisasi dalam sejarah. Menurut Frederick memulai dengan ide yang abstrak (melangit) untuk kemudian dilihat dari kondisi yang real (membumi). Cara tersebut diformulasikan ke dalam gaya Bahasa Max bahwa dalam analisis gurunya yang dimulai dari “langit” ke “’bumi” dan sebaliknya dia mengawali analisisnya dari “bumi” ke “langit”. Penyimpulan Max berdasarkan pada kondisi real atau hasil penelitian, sedangkan Frederick mengacu pada hal yang abstrak sesuai dengan kondisi umum yang terjadi di Eropa pada masa hidupnya. Oleh karena itu, pendapat Frederick sulit untuk menciptakan  kesadaran bagi kelas pekerja (buruh) untuk melakukan revolusi menumbangkan kaum borjuis yang hidup mewah diatas penderitaan kaum kelas bawah.

2. Tujuan Generalisasi Sejarah

a)      Saintifikasi
Semua ilmu melakukan generalisasi. Generalisasi berkaitan dengan keajegan atau statis. Generalisasi dalam sejarah yang merupakan kemungkinan itu sama dengan teori untuk ilmu lain. Dalam antropologi dikenal teori evolusi, tetapi dalam sejarah dikenal generalisasi tentang perkembangan sebuah masyarakat.
Contohnya pada teori Marxisme untuk revolusi yang mendasarkan perjuangan kelas tidak berlaku bagi revolusi Indonesia, yang bercirikan revolusi pemuda. Jadi, generalisasi sah untuk ilmu lain, sedangkan untuk sejarah berlaku spesifikasi. Demikian pula di Indonesia, dimana Tan Malaka dalam bukanya Massa Actie menyusun periodisasi sejarah Indonesia dimulai dari migrasi bangsa Yunan samai perebutan kekuasaan antara rakyat miskin dengan kaum imperialis. Karena Tan Malaka menganut Marxisme maka didalam menyusun generalisasi sejarah Indonesia tidak obyektif.
b)      Simplifikasi
Simplifikasi sama dengan penyederhanaan dari masalah yang kompleks menjadi sederhana dan mudah dipahami (bersifat sempit dan sederhana). Contonya daerah Vorstenlanden (Yogyakarta dan Surakarta) adalah daerah persawahan yang subur. Jadi Vorstenlanden sama dengan daerah subur. Penyederhanaan diperlukan untuk memudahkan analisis. Sejarawan dituntut dengan nyalinya melakukan pembacaan mencari sumber sejarah, kritik, intrepretasi dan penulisan. Cara kerja sejarawan sama dengan kerja grounded reseachi artinya masuk ke lapangan tanpa bekal. Namun, suatu ketika ia harus melakukan penyederhanaan

3. Jenis-jenis Generalisasi Sejarah

a.       Konseptual
Konsep pada dasarnya, menggambarkan tentang fakta. Contoh mari kita ambil dari sepotong konsep Marx bahwa ada sebuah kelompok yang memiliki akses atau sumber-sumber produksi mempunyai kekuasaan atas kelompok yang tidak memiliki sumber-sumber produksi. Yang kemudian dikenal dengan sebutan patron dan klien, awalnya patron memiliki sumber-sumber produksi dank arena itu menjadi sumber penguasaan atas kelompok klien yang menyatakan kepatuhan pada patronnya.
Generalisasi yang banyak dijumpai dalam sejarah, yaitu kolonialisme yakni konsep yang menunjuk terhadap suatu daerah atau koloni oleh negara tertentu (contohnya bangsa Eropa yang menghimpun gold, glory, and gospel). Nasionalisme yakni konsep kesadaran nasional suatu bangsa atas kondisi ketertindasannya yang dilakukan oleh bangsa lain (contohnya Indonesia melawan bangsa Belanda dan Jepang yang telah menjajah selama berabad-abad). Kemerdekaan merupakan visi penting masyarakat Indonesia dalam melawan penjajah, jika nasionalisme dikatakan sebagai perlawanan atau usahanya melawan penjajah maka kemerdekaan adalah buah hasil yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia atas apa yang mereka perjuangkan.
Revolusi yakni konsep yang menunjuk pada perubahan yang radikal, berlangsung cepat, dan besar-besaran (contohnya pada 1917, Vladmir Lenin mengadakan revolusi sosial yang dialamatkan kepada golongan borjuis Rusia pimpinan Tsar Nicholas II. Peristiwa ini lazim dikenal dengan Revolusi Bolshevik 1917). Evolusi yakni sebuah konsep yang mengacu pada perubahan secara perlahan dan dalam bentuk yang lama (contohnya gerakan reformasi di Indonesia pada tahun 1998-sekarang). Peradaban yakni konsep yang menjelaskan tentang kemajuan tertinggi yang dihasilkan oleh manusia di daerah dan pada waktu tertentu (contohnya terdapat sejumlah pusat-pusat peradaban dunia, seperti kawasan Sungai Huang Ho di Cina, Lembah Sungai Indus di India, Sungai Nil di Mesir, dan Laut Merah di Eropa)
b.      Personal
Penyimpulan personal sama dengan cara berfikir pars pro toto, yakni menyamakan bagian dengan keseluruhan (merujuk pada perseorangan yang mewakili kelompok masyarakat). Contohnya Presiden Iran, Ahmadinejad mewakili negara di dunia anti AS. Person dan kondisi dianggap sebagai representasi generalisasi.
c.       Spasial
Untuk spasial mewakili wilayah tertentu yang membedakan dengan wilayah lain. seperti kata “Timur” dan “Barat” sering dijumpai dalam beberapa literatur sejarah. Ada pula kata “Timur Dekat” dan “Timur Jauh”. Contohnya pada masa penjelajahan samudera, daerah di luar Eropa biasa disebut sebagai “Dunia Baru” dank arena adanya egosentrisme bangsa Eropa sebagai “Dunia Lama”. Kerajaan Vorstenlanden membagi wilayah menjadi kutagara, negaragung, mancanegara, pesisir, dan sabrang. Asia Timur terdiri dari negara-negara RRC, Jepang, Korea, dan Taiwan.
d.      Tematik
Generalisasi ini ditunjukan dalam judul buku, termasuk biografi. Tematik memfokuskan pada asal, perilaku, pemikiran, kepercayaan, hobi, dsb. Contohnya Roeder menulis tentang Anak Desa, yang tidak lain menggambarkan mobilitas sosial Soeharto dari Anak Desa menjadi Jenderal dan Presiden serta berkuasa tiga desenia. Secara umum menggambarkan psikologi Soeharto.
e.       Periodik/Temporal
Penyimpulan ini terkait erat dengan aspek periodisasi waktu dalam sejarah. Misalnya sebutan Kurun Niaga pada 1450-1680 seperti yang digunakan Antony Reid dalam menjelaskan sejarah Asia Tenggara. Reid juga menyebut periode ini dengan masa modern awal bagi sejarah Asia Tenggara. Sulawesi Selatan pada abad 15-16 oleh beberapa ilmuwan generalisasi sebagai periodesasi “Memperebutkan Kekuasaan” antara kerajaan-kerajaan lokal atau Zaman (Fajar) Sejarah Sulawesi Selatan.
f.       Sosial
Kelompok sosial masyarakat juga dapat digeneralisasikan. Kelompok masyarakat bawah yang hidupnya dari penggarapan tanah disebut petani. Di Eropa disebut sebagai peasant. Penggarapan tanah dalam skala besar disebut farmer. Di Indonesia, khususnya Jawa, petani hanya mempunyai garapan 0,25 ha. Jadi, secara umum disebut petani tetapi kondisi sosialnya berbeda-beda.
g.      Kausal
Generalisasi yang menyangkut tentang sebab suatu perubahan. Sesungguhnhya penyebab itu banyak sekali, meski dapat ditarik menjadi sebab umum. Ada sebab yang determinan terhadap perubahan yang akan terjadi yang dapat dibedakan menjadi idealism dan materialism. Kedua isme itu merupakan penggerak masyarakat. Contohnya Perang Aceh berlangsung lama karena adanya generalisasi tentang Perang Jihad.
h.      Kultural
Generalisasi ini dilakukan di berbagai lapisan masyarakat. Anak-anak priyayi dipastikan masuk sekolah pemerintah. Anak-anak ulama pasti masuk pesantren Keturunan oleebalang banyak yang bekerja sebagai pegawai kolonial.
i.        Sistematik
Kesimpulan umum dalam sejarah mengikuti kondisi setempat. Transportasi di Kalimantan menggunakan jalan sungai. Sekarangpun penebang hutan secara gelap itu mengangkut kayu lewat sungai. Urbanis dari Klaten ke Yogyakarta memilih domisili di bagian timur kota Yogyakarta, mereka berdomisili dekat dengan tempat asalnya.
j.        Struktural
Struktur fisik dapat digunakan untuk membuat generalisasi. Agak sulit membedakan orang Cina, Korea, dan Jepang karena mereka sama-sama berkulit kuning dan bermata sipit. Akan tetapi mereka dapat diketahui asal etniknya dari struktur fisiknya, gerak tubuhnya, cara bicara, berjalan, beribadah. Di Indonesia dapat dibedakan antara Nahdliyin NU dan Muhammadiyah, Kaum Nasrani apakah Kristen atau Katolik. Demikian dapat dibedakan orang Solo-Yogya dengan orang Banyumas. Structure of events membantu mengenali dan membuat generalisasi, apakah didorong oleh realisme atau idealisme.


BAB III PENUTUP


KESIMPULAN

Generalisasi merupakan penyimpulan dari hal yang khusus keumum. Suatu penyimpulan yang menggunakan pola deskriptif dengan melihat keadaan alam yang ditelitinya. Adapun tujuan yang berlaku di dalam generalisasi dalam sejarah ada dua macam yaitu saintifikasi dan simplikasi. Saintifikasi menyajikan tujuan dengan menggunakan teori yang sudah ada dan dikeluarkan oleh para ahli. Dengan teori tersebut kita meneliti ulang dnegan keadaan yang dikatakan dala teori tersebut, apakah sesuai atau tidak dengan pemaparan para ahli.
Simplifikasi menyajikan tujuan dengan cara penyederhanaan masalah yang dirasa sulit dicerna atau kompleks menjadi sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca maupun peneliti sejarah. Ada juga jenis-jenis generalisasi yang mencakup konsep, yaitu konseptual, personal, tematik, spasial, periodik, sosial, kausal, kultural, sistemik, dan struktural yang telah dijelaskan dalam makalah ini diatas.

DAFTAR PUSTAKA


Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: GRAHA ILMU, 2010
ABD Rahman Hamid & Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2008



[1] Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: GRAHA ILMU), hal 2-4
[2] ABD Rahman Hamid & Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Ombak), hal xii
[3] Ibid.., hal 2 & 4
[5] ABD Rahman Hamid & Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Ombak)., hal 62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar